Powered By Blogger

Sabtu, 14 November 2015

Ketika Alifa baru berusia 4 bulan Pilek melanda

Minggu lalu tepat anak ku Alifa berusia 4 bulan lebih tepatnya tanggal 9 November 2015. Tapi sayangnya Alifa tiba-tiba bersin-bersin ditambah keluar cairan bening dari hidungnya dan tahukan ujung-ujungnya PILEK melanda. Tahu sendirikan rasanya flu pilek melanda, hufffttt kata orang Jawa GARUH apa itu???? Apalagi bayi masih umur 4 bulan, duuuh piye iki??? Kebetulan kita juga baru 2 bulan tinggal misah dari Orang tua, tambah lagi piye iki????? Mana si-Ayah sering pulang kerja larut malam. Masak iya bayi segitu dikasih obat sirup atau obat-obatan kimia lainnya. 
Alifa Naufalyn
Alifa Naufalyn F.R
Duh sempat bingung khawatir pokoknya campur aduk (begini rupanya jadi seorang Ibu :). Akhirnya ingat kata bidan (Bidan Siti namanya) tempat konsultasi dulu. Beliau pernah bilang dulu sebelum melahirkan yang intinya gini “Mbak besok kalau udah punya anak bayi jangan dibiasakan minum obat-obatan kimia diusahakan pakai yang alami-alami dulu misalnya kalau bayi pilek dibawah 6 bulan masih ASI eksklusif rajin-rajin dijemur 10-15 menit jangan lupa kasih ASI-nya yang banyak. Adek nggak minta pun harus dikasih. Kalau udah lebih setahun dikasih madu. Satu lagi kalau demam peluk adek di dada Ibu”. Langsung deh saya terapkan ke anak saya.
Kebetulan waktu itu lagi masuk musim hujan ada sinar matahari sekitar jam 9. Langsung deh saya jemur anak saya 10 menitan. Selain itu saya juga ngasih ASI cukup banyak Alhamdulillah saya masih ngasih ASI eksklusif ke anak saya. Kalau Alifa lagi nggak tidur pasi langsung saya sodori ASI. Selain itu saya ingat dulu pernah baca cara melegakan hidung mampet. Caranya dengan meneteskan beberapa tetes minyak kayu putih atau minyak telon ke dalam air panas. Kemudian uapnya kita hirup. Cara ini juga saya terapkan pada Alifa (sering-sering saya lakukan biar hidungnya plooong), kalau lagi sendirian saya tengkurapkan Alifa dipaha saya dan sebuah baskom yang telah saya beri ramuan minyak kayu putih dan air panas. Meskipun agak kerepotan karena gerakan tangan Alifa sangat aktif tapi tetap saya lakukan. Kalau ada si-Ayah semua jadi mudah, he......
Karena Alifa badanya agak anget saya kasih satu ramuan lagi yaitu irisan bawang merah saya kasih minyak telon, ramuan ajaib ini sering-sering saya usapkan di ubun-ubun, telapak kaki, punggung, dan dada (mau saya usapkan di telapak tangan takut Alifa ngusapin tangganya ke muka). Alhamdulillah berkat empat hal tersebut cuma 3 hari pilek Alifa langsung minggat. Sekarang udah ceria lagi deh. Jangan datang-datang lagi yachhh pilek!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Rabu, 09 Juni 2010

Sempurna mu membuat aku tahu

Ketika selaput malam mulai bergelantungan
Ku coba tuk' meraba kembali
Sejauh mana engkau pergi
Ada sesak tak tertahankan ketika keacuhan mu kau tunjukkan
Ada sejuta harap ku padamu...
Bisakah kau anggap aku...???
tak seperti ini,
aku terjebak semu dalam angan-anganku untuk seuntai perhatianmu
Ada dunia dimana aku merasakan engkau begitu terkungkung rapat dalam bayangan
Saat hadirmu tak lagi membuatku merasakan suatu kehangatan
semuanya terasa hampa..
berjalan dalam keheningan
saat senyum mu bukan lagi yang ku harapkan
semuanya terasa begitu asing menyapa
dan akhirnya menjauh dan semakin jauh
bukan lagi suatu keteduhan tempat aku bernaung yang ku dapatkan
hanya sejengkal sapa basa basi semata
mungkin aku cukup sekedar wujud bayangmu
yang slalu setia menemanimu
dan akhirnya aku ragu untuk sekedar mengatakan "iya" untuk setiap langkah-langkahmu
cukup untuk sebuah keputusan terakhir semoga sukses bersamamu

Rabu, 07 April 2010

"Cekak"


Langkah ini harusnya tak berhenti sampai di sini
Tapi seolah semua sirna bersama mimpi
Lenyap bersama dangkalnya hati
Tergambar lepas lewat cahayamu mentari
Menerobos malu-malu lewati rimbunnya pohon-pohon mati
Dinginmu seolah menyiratkan betapa kakunya hati
Pijar sorot panasmu tak mampu menghangatkanlagi
Seolah dingin telah merasuk pasti dalam sumsum tulang rusukmu
Dan semua beranjak pergi bersama keyakinan diri
Malu menampakkanya lagi
Akhirnya sampai disini dan hanya terhenti
Mati...





"Berharap", setiap kita adalah harapan. Apa jadinya jika harapan kita itu pupus hanya karena hal yang tak pantas sebagai batu sandungan untuk kita. Bukankah rintangan itu sebuah batu loncatan untuk kita seberapa mampu kita untuk melewatinya. Apakah pantas untuk sebongkah harapan yang sebetulnya berhak wujud dalam hidup kita, kita menyerah??? Tak sependek kiasan ku, dan tak se"cekak" itu kita melangkah.